Berbagi Praktik Baik

Model PBL (Media Canva, Croombook, Kahoot, Mentimeter) di SDN No.41 Hulonthlangi Gorontalo.

Karya Kelas V

Hasil Karya Kelas V SDN 41 Hulonthalangi Tahun 2023.

ARCA BUDDHA CHINNARA

Arca Buddha Chinnara Lantai 3 Vihara Buddha Dharma Gorontalo.

Pentas Seni "Ibuku Pahlawanku"

Pentas Seni Sekolah Minggu Buddha Guna Dharma.

Siswa Buddha 41

Siswa Agama Buddha SDN No. 41 Hulonthalangi Gorontalo Tahun Ajaran 2023/2024

Jumat, 08 Maret 2024

Kisah Meghiya Thera

 

DHAMMAPADA III, 1-2

        Pada suatu waktu Meghiya Thera menghadap menghadap Sang Buddha dan tinggal beberapa waktu di sana. Pada suatu kesempatan, dalam perjalanan pulang setelah menerima dana makanan, Meghiya Thera tertarik pada suatu hutan mangga yang menyenangkan dan indah.

        "Hutan ini demikian indah dan tenang, cocok untuk tempat berlatih meditasi", demikian pikirnya.

        Setibanya di vihara, ia segera menghadap Sang Buddha dan meminta ijin agar diperbolehkan segara pergi ke sana.

        Mulanya, Sang Buddha meminta dia agar menundanya untuk beberapa waktu, karena dengan hanya menyenangi tempat saja tidak akan menolong memajukan meditasi.

        Tetapi Meghiya Thera ingin segera pergi, lalu ia mengulangi dan mengulangi lagi permohonannya. Akhirnya Sang Buddha mengatakan agar melakukan apa yang dia inginkan.

        Segera Meghiya Thera pergi ke hutan mangga, duduk di bawah pohon dan berlatih meditasi. Tetapi pikirannya berkeliaran terus, tanpa tujuan, dan sukar berkonsentrasi.

        Sore harinya, dia kembali dan melapor kepada Sang Buddha mengapa sepanjang waktu pikirannya dipenuhi nafsu indria, pikiran jahat dan pikiran kejam (kama vitakka, byapada vitakka, dan vihimsa vitakka).

        Atas pertanyaan itu Sang Buddha kemudian membabarkan syair 33 dan 34 berikut ini:

Pikiran itu mudah goyah dan tidak tetap; pikiran susah dikendalikan dan dikuasai. Orang bijaksana meluruskannya bagaikan seorang pembuat panah meluruskan anak panah.

Bagaikan ikan yang dikeluarkan dari air dan dilemparkan ke atas tanah, pikiran itu selalu menggelepar. Karena itu cengkeraman dari Mara harus ditaklukkan.

        Meghiya Thera mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khotbah Dhamma itu berakhir.***

Senin, 04 Maret 2024

Kisah Nigamavasitissa

 

DHAMMAPADA II, 12

        Nigamavasitissa lahir dan dibesarkan di suatu kota dagang kecil dekat Savatthi. Setelah menjadi seorang bhikkhu dia hidup dengan sederhana, dengan mempunyai hanya sedikit keinginan.

Kisah Seorang Bhikkhu

 

DHAMMAPADA II, 11

        Seorang bhikkhu, setelah memperoleh pelajaran meditasi dari Sang Buddha, pergi ke hutan untuk bermeditasi. Meskipun dia berlatih dengan sungguh-sungguh dia hanya memperoleh kemajuan yang sangat kecil. Akibatnya, ia menjadi frustasi. Dengan berpikir akan memperoleh petunjuk dari Sang Buddha, dia meninggalkan hutan menuju Vihara Jetavana.

        Dalam perjalanannya, dia melewati nyala api yang sangat besar. Dia berlari menuju puncak gunung dan mencari dari mana api tersebut datang. Melihat api yang membakar itu, ia termenung. Pikirnya, seperti api yang membakar habis semuanya, begitu juga pandangan terang akan membakar semua belenggu kehidupan, besar dan kecil.

        Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 31 berikut ini:

Seorang bhikkhu yang bergembira dalam kewaspadaan dan melihat bahaya dalam kelengahan akan maju terus, membakar semua rintangan batin, bagaikan api membakar kayu baik yang besar maupun yang kecil.

        Bhikkhu tersebut berhasil mencapai tingkat kesucian arahat setelah khotbah Dhamma berakhir